During FUD 2014
Journey
to East Island
26
Juni 2014
Pada tanggal 26 januari 2014 5 orang tim
caving yang terdiri dari Pak Kadiv dan selaku PO, Faris, Aliya, Rara, Iin, dan
saya Brain, sudah bersiap-siap melakukan
during FUD 2014, Ya kami akan during ke Sumenep, Madura, sebenarnya kita ke
Sumenepnya 6 orang, yak siapa yang 1lagi, jeng-jeng-jeng beliau yang 1 lagi
adalah senior Mayapada ( Mapala IKIP Sumenep yang ambil S2 di Jogja) bang
Tongar a.k.a mas Lutfi yang memang sudah janjian berangkat bareng ke
Sumenepnya, Sekitar pukul 19.30 setelah melakukan upacara dan berteriak Never
Give UP !!!! kamipun berangkat ke terminal giwangan dengan di antar temen-temam
Palaspsi lainnya, sesampainya di giwangan seperti biasanya layaknya orang
nunggu bis, kami mencoba stay cool berhubung
pada gak mau naik bis yang ngadu andrenalin, kami menunggu bis yang lain.
Sekitar jam 21.00 bis yang di nanti-nanti datang, lekas saja kami langsung naik
bis ini (sekedar info saja harga tiket bis Yogyakarta-Surabaya sekitar Rp 47.000,00)
perjalanan ke pulau ufuk timurpun dimulai, yeah !!!!
Upacara Sebelum Berangkat |
27
Juni 2014
Pre
Memory di dalam bis
(karena saya tidur terus) sampai di Terminal Bungurasih Surabaya sekitar pukul
4 pagi, sebelum melanjutkan bis ke arah Sumenep, seperti biasa saya dan
teman-teman istirahat bentar di toilet langganan saya (pas survey dulu juga
kesini terus :3) untuk ishoman-istirahat, sholat, kamar mandi. Jam setengah 5
kami naik bis akas tujuan sumenep yang memang kebetulin bis ini selalu ada dan
beroperasi 24 jam, jadi kita ga perlu menunggu lama. Untuk perjalanan
Surabaya-Sumenep kalo pagi memang harus lewat jalur penyebrangan laut naik
kapal, karena bis baru boleh masuk jembatan Sumenep dari jam 5 sore – 5 pagi,
kenapa demnikian ?? kata Bang Tongar biar kapal juga ada pemasukannya jadi
harus ada pembagian jamnnya, Untuk perjalanan ke Sumenep pre memory karena seperti biasa saya tidur terus (info: harga tiket
bis akas Surabaya-Sumenep sekitar Rp 40.000,00). Sesampainya di kampus IKIP
Sumenep kita langsung menuju sekret Mayapada, belum sempat masuk di sekret kita
sudah di sambut dengan hangat oleh teman-teman dari Mayapada yang dari tadi
menunggu kami, maklum bis kami memang agak telat. Yak di sekret Mayapada kami
banyak mengobrol dan cerita-cerita, Walapun kadang kita juga binggung dan
terdiam saat temen-teman dari Mayapada ini sudah berbicara menggunakan bahasa
dan logat Madura, andai ada konyaku penerjemah doraemon.
Sore harinya saya sempat di ajak Pak Ketum
silahturahmi ke Mapala sebelah, Wirasta, kampus mapala Wirastra berada persis
di sebelah selatan IKIP Sumenep, mapala ini memang baru, tanggal 2 febuari 2013
awal berdirinya mereka, dan saat saya tiba di sekret Wirastra, ternyata mereka
sedang sibuk mempersiapkan Diksar untuk besok, ya besok mereka berencana diksar
di Mojokerto seminggu, disini saya tidak bisa ngobrol banyak karena dari
merekanya memang sibuk dan saya juga binggung mau ngajak ngobrol apa ya
sebenarnya juga ga bisa bahasa madura, please konyaku, setelah ba’da ashar saya
balik ke sekret Mayapada, berhubung penyakit ngantuk saya kumat lagi, saya coba
selonjoran di sekret dan tiba-tiba tertidur jadi pre memory lagi, oya seingat saya pas cowok-cowok tidur, yang
perempuan pada pergi ke pasar untuk beli tambahan logistik, setelah saya dan
Faris bangun seperti biasa kita mulai lagi BR (building raport istilah untuk mengakrabkan diri di psikologi)
dengan teman-teman Mayapada sekalian Faris ngobrol membahas rencana skenario ke
mereka.
building raport dengan anak Mayapada |
Sore itu juga kami di sediakan makan dari temen-temen Mayapada, seperti
khas Mapala, nasi yang di jejerkan memanjang dengan sayur di atas berserta lauk
di sampingnya, dalam hati saya, Alhamdullilah akhirnya makan, karena memang
dari pagi kita belum makan, berhubung belum berpengalaman kami memilih
posisi saling berdekatan jadi seperti ada dua kubu, kubu Palapsi dan kubu
Mayapada, dan karena salah penempatan posisi inilah yang membuat kita salah
strategi, nasi yang di sediakan untuk orang sekitar 20’an harus kami habiskan,
karena kubu lawan sudah tinggal sedikit dan banyak yang menjauh, terpakasa kami
dari kubu Palapsi yang habiskan semua.
Tiba-tiba salah satu dari kami ada yang
kurang enak badan, Aliya, Kondisi di Sumenep pada waktu itu memang angin
kencang dan panas, sangat bagus untuk njemur baju, hal ini juga di dukung dengan
wilayah Sumenep memang dekat pesisir pantai. Jadi tidak heran jika Aliya
tiba-tiba kurang enak badan, semoga kondisi tim yang lain sehat selalu. Sore
sampai malam kami pergunakan untuk ngobrol-ngobrol dan bincang-bincang (bedane
opo) kecuali Aliya yang emang sedang istirahat dan Iin, nah ini Iin, saya
ga tau kenapa, apakah emang ada masalah atau sifat orang golongan darah B kaya
gini (mageran), Iin di ajak untuk ngobrol di depan sekret ga mau, tetep stay cool di depan komputer, Rara yang
terekanal di tim caving paling tegas
dan paling.... ya gitulah ampun yo Ra, tetep ga bisa, tapi setelah beberapa
menit Iin keluar juga dengan sendirinya, ni anak, hahaha. Sekedar info lagi,
tim caving sekarang ini emang
unik-unik semua. Karena kampus sana sama dengan kampus saya yaitu ada jam
malam, kami di ajak untuk menginap di kontrakan temen-temen Mayapada sebagai
tempat tidur
28
juni 2014
Pagi harinya sekitar jam setengah 5,
saya sudah di bangunin pak kadiv, sebenarnya sudah bangun sih dari jam 3 tadi,
berhubung sakit perut dan di kontrakan emang ga ada wc, ya ahkirnya tidur lagi,
lanjut ke cerita, setelah sholat shubuh dan semuanya bangun kamipun segera
bersiap-siap sesuai rencana kita
berangkat dari kontrakan jam 7 pagi. Emang sempat binggung masalah bawa carrier
karena kita emang di antar anak Mayapada jadi kita berpikir mereka yang tahu
enaknya gimana, karena rencananya kami dari pantaroman, batu putih langsung ke
talango jadi bawa dua carrier saat ke lokasi goa, ya ternyata ada misscom karena setelah dari batu putih
kita ke sekret dulu, oke lanjut lagi ceritanya, kami melakukan perjalanan
dengan di antar bang Juling, karena teman-teman Mayapada lainnya sedang
bersiap-siap dan nunggu motor yang lain, kami ber-enam berangkat ke Pantaroman,
sebelum sampai kami singgah dulu ke kepala RT untuk masalah perizinan. Info :
Pantaroman adalah goa dengan entrance vertikal terbesar di sumenep sekitar 9-10
meter untuk diameternya dan tingginya sekitar 7 meter di pantaroman ada dua
entrance pertama modelnya horizontal dan yang kedua vertical, jarak entrance
vertical dan horizontal cukup dekat, untuk entrance verticalnya lumayan rimbun
di mulut goanya banyak pepohonan dan di sebelah timur ada pohon yang cukup
lumayan besar sebekah barat goa ada lobang kecil yang masih bisa dimasuk
sekitar 10 meter , lokasi pantaroman sendiri di daerah berbukitan, jalalananya
ada yang menanjak dan rusak tapi ga terlalu panjang jarak dari kampus ke daerah
pantaroman sekitar 45 menit dengan naik motor, Pantaroman kata anak Mayapada
artinya adalah tempat yang suci karena dulu mitosnya di gunakan untuk bertapa
para wali di sumenep. Ya setelah sampai dengan lumayan susah payah naik karena
jalannya lumayan kurang well kami
langsung bersiap-bersiap untuk melakukan explore
goa, untuk goa pantaroman anchormannya
Faris dan secondmannya saya
sendiri, tidak perlu waktu lama Faris menemukan tempat untuk anchor setelah memasang boulance di pohan untuk back-up pengaman Faris mulai dengan
menganchor sekitar 1 jam waktu menanchor setelah
Faris turun, di lanjutkan saya, ketiganya Iin, dilanjut Rara dan terakhir
Aliya. Karena SRT set kami hanya tiga dan kami berlima tentu saja perlku transfer alat, sang peng transfernya
adalah Iin untuk di pakai Rara dan Aliya. Setelah turun semua kami melanjutkan explore ke lubang sebelah barat, tapi
kami hanya sampai sekitar 6 meter karena kondisinya lubang makin mengecil dan
banyak kelelawar, setelah berfoto ria dan melakukan upacara kamipun segera
keluar dan bersiap untuk naik, urutan naik di balik dari Aliya, Rara, Iin, Saya
dan Faris, untuk naik Aliya dan Rara ga ada masalah, waktu Iin naik ada sedikit
masalah, untuk SRT naiknya ga ada masalah, tapi untuk menuju puncak daratannya
(dari tali ke daratan, karena memang goa beda dengan yang biasanya kami masuki,
langsung ceblokan kalau saya bilang) Iin agak kesulitan, dia kesulitan untuk
menganggkat badannya. Karena merasa agak lama saya berniat untuk memberi tahu
Iin cara yang benar, tapi karena Faris bilang untuk menunggu dulu, biar dia
cari cara sendiri, memang bener soalnya biar Iin belajar juga, trial and error itulah prinsip belajar
di tim caving. Sampai batas waktu
yang di berikan Faris dan diberitahu cara-caranya, ternyata Iin belum naik.
Pantaroman |
Akhirnya Faris dan saya memutuskan membantu dari atas, dan berhubung ga pakai
SRT set dan SRT ga bisa di transfer
ya kita pakai jalur horizontal untuk naik ke atas, setelah di nbantu dari atas
akhirnya Iin bisa naik dan saya dan Faris memutuskan untuk turun lahgi tapi
lewat jalur Vertical karena kami sudah pakai SRT set, setelah kami turun terus
naik lagi, kami langsung meng-cleaning
anchor dan di lanjut beres-beres dan snacking, selesai itu semua dan anak
Mayapada sudah ada di pantaroman semua kami pun bergegas pindah ke goa kedua yaitu
goa batu putih atau goa manten, karena misscom
tadi carrier dua kami dibawa dan agak menggangu di perjalanan karena memang
motornya kurang jadi terpaksa bang Apoy jalan kaki kebawah bukit, sampai
akhirnya di bawah terpaksa saya di oper ke motor faris, jadi satu motor ada
tiga orang. Tapi alhamdullilahnya ga begitu lama, saat di jalan ketemu bang
Kolat, yang emang juga mau menuju batu putih untuk menemani kita, akhirnya saya
di oper lagi. Perjalanan menuju ke batu
putih ga ada masalah, setelah memparkir
motor di rumah salah satu warga, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki
sekitar 10 menit. Info : goa batu putih adalah goa dengan 3 entrance yaitu
pertaman dengan entrance horizontal, kedua vertical dengan tinggi sekitar 10
meter dan ketiga vertical dengan tinggi sekitar 11-12 meter, goa ini menurut
kepercayaan orang sekitar, goa ini tidak boleh di masuki hari senin dan kamis
karena menurut mitos akan ada penampakan kepala ular, alhamdullilahnya pada
waktu itu hari selasa, kondisi sekitar goa untuk entrance horizontal jalanannya
menuju ke bawah dan di depan entrance ada perkebunan warga, untuk entrance dua
dan ketiga bentukannya hampir sama langsung kaya sumur, ceblongan ke bawah,
tapi untuk entrance ke dua sekitar mulut goa ada pepohonan dan ga ada bantuan
tembus, untuk entrance ke tiga bentukan lobangnya juga sama dengan entrance ke
dua, tapi dekat semak-semak dan agak jauh untuk pohonnya, sekitar goa ada kebun
warga dan padang rumput, pemandangan dari sini lumayan bagus. Kondisi dalam goa
lumayan kering tapi cukup banyak goano, apa lagi di entrance ke tiga bau goanya
tercium sampai keluar, untuk sejarahnya goa ini, anak-anak Mayapada tidak ada
yang tahu. Lanjut ke cerita tetibanya di anchor
pertama kami kangsung bersiap-siap, untuk saat in anchormannya Aliya dan secondmannya
Iin, Aliya sempat binggung untuk mencari anchor
karena memang tidak ada batu tembus ama sekali, akhirnya Aliya pakai
pepohonan untuk anchor dengan memakai
anchor Y di dua pohon, sambil
menunggu Aliya membuat anchor, ternyata
ada senior Mayada pada yang mampir untuk melihat kami, saya memang kurang
memperhatikan Aliya waktu anchor karena
lebih banyak ngobrol dengan anak-anak Mayapada yang lain, mungkin hal ini yang
jangan di contoh karena di alam bagusnya kita saling ngawasi satu dengan yang
lain, ben safety cah J. Setelah anchor jadi, Aliya bersiap turun, ternyata di bawah lumayan
friksinya Aliya memutuskan untuk pakai dua padding, setelah Aliya turun, kami
di atas berpikir untuk mengganti padding dengan matras, karena friksinya
lumayan panjang dan biar efisien ga perlu buka tutup padding sih, urutan
setelah Aliya adalah Iin, Rara, Faris, dan saya terakhir, setelah turun
ternyata anak Mayapada ada sebagian yang turun lewat jalur horizontal dan
memfoto kami. Baru saya turun terus saya langsung naik lagi tanpa memperhatikan
sekitar kondisi goa, saya pikir emang harus cepet-cepet, ga enak dengan anak
Mayapada yang dari nemenin kalau harus sampai malam dan saya juga pernah lihat
kondisi goa waktu survey jadi okelah, waktu saya naik ga ada masalah kecuali
ada kelelawar yang berterbangan di sekitar, ga begitu banyak sih, waktu sampai
di mulut goa, sebelum di daratan lagi, memang sedikit masalah, saya takut kalo
semisal jummar saya pentok’in ke atas nanti bisa ngeruskak jummar berhubung
bentukan goanya kaya sumur nanti takunya jummarnya ketindihan beban saya waktu
di lekukkan lobang, akhirnya cari aman terpakasa pull-up aja, setelah saya naik ternyata para senior Mayapada sudah
pada balik, sembari menunggu yang lain naik, saya coba foto-foto sekitar, pemandangannya
apik tenan dab !!!. setelah Faris naik, di lanjut Rara, Iin, nah waktu Iin
naik, naik mengalami kesulitan lagi untuk naik, seperti di pantaroman Faris
memberi komnado untuk saya sama Rara agar tidak membantu dulu dan biar Iin
usaha sendiri, yak, akhirnya Iin bisa naik, walaupun di atas kelihatan
kelelahan. Setelah Iin dlanjut Aliya, dan langsung cleaning, yang lain bergegas untuk ke tempat entrance goa yang terakhir untuk hari ini.
entrance goa batu putih 1 |
entrance goa batu putih 2 |
Di sini keadaanya lubangnya sama, di daerah
sekitar tapi agak jauh dengan pohon dan didekat mulut goa ada semak, untung di
sini ada bantuan tembus yang bisa di pakai untuk main anchor dan back upnya
di pohon, saat menunggu Rara rigging, saya membau bau yang lumayan ngono kae,
ngono kae maksudnya goano (kotoran kelelawar yang baunya emang khas) dibawah
mulut goa emang banyak kelelawar yang berterbangan, Rara sering mengeluhkan bau
yang ngono kaelah yang emang baunya ngono kae, setelah rigging selesai sekitar kurang lebih satu
setengah jam kurang dengan model anchor yang
saya kira mau di buat intermediate ternyata
tidak karena niatnya bentukan intermediate
itu di buat back up , Rara mulau turun, dia terlihat gugup
karena posisi anchor memang kebawah dan kita memang harus langsung kebawah saat
melepas bowbin dengan pijakan yang cukup kecil. Hal ini juga bisa membuat kita
langsung ngayun saat sesi melepas bowbin saat di antara mulut goa menuju ke
goa, akhirnya Rara turun dengan sedikit berteriak, di lanjut Faris dan Terakhir
saya, karena ada perubahan rencana keputusannya Aliya dan Iin tidak turun
mengingat waktu sudah sore, dan kami juga terpaksa tidak mencoba explore goa
batu putih untuk sampai sump (ujung
goa) karena masalah waktu juga, setelah saya turun lagi-lagi tanpa mengamati
sekitar saya langsung naik lagi, pas naik dengan menggunakan SRT, ini helm
rasanya kaya nabrak-nabrak terus, emang nabrak sih, berinteraksi secara
langsung dengan kelelawar yang berterbangan di sekitar, oya baunya juga lumayan
ini membuat saya semangat untuk nge-push ke atas dengan cepat, sampai di atas saya
segera melepas SRT set biar cepet karena waktu sudah menunjukan jam hampir jam
lima dan langit mulai tidak terang lagi, yang keluar dari mulut goa selanjutnya
adalah Faris di lanjut Rara. Sepeti biasa mereka berdua langsung cleaning dan yang lain beres-beres untuk
bersiap pulang karena waktu sudah menunjuka jam setengah enam sore. Sampai di basecamer pas saat maghrib, sebelum
pulang kita sholat dulu, setelah sholat dan berpamitan kita pulang menuju ke
sekret Mayapada yang setelah itu di lanjut ke pulau Talango, Dan lagi-lagi di
sekret kita di suguhi makan malam lagi dengan porsi 20 orang (LAGI) dan
lagi-nya kami posisinya masih salah sakhirnya saat yang lain udah meninggalkan
tempat makan, kamilah yang menghabiskan lagi.
Setelah sholat isya kami bersiap untuk
pergi ke pulau Talango, pulau Talango
adalah daerah kepualauan di selatan Sumenep dan masih daerah Sumenep,
untk menuju kesana kita perlu menyebarang menggunakan kapal khusus
penyebrangan, jaraknya dekat antara dermaga kali anget menuju ke talango, ya
sekitar 10 menit, dari dermaga kali anget lampu dan rumah-rumah di talango
masih saja kelihatan, terus saya berpikir, kenapa ga dibuat jembatan saja kakau
dekat, suramadu saja ada yang menghubungkan Madura-Surabaya kenapa yang sini
tidak dengan jarak yang dikit, usut punya usut setelah di ceritakan Pak Puh,
ternyata arus laut di sini besar, pemerintah ga beraini untuk buat jembatan,
bercandannya Pakpuh “semisal kamu nyemplung disini Bren terus mati, kiita nyari
mayatmu ga di sini tapi di daerah sana, yang jaraknya sekitar 4 km dari kali
anget, karena mayatmu hanyut sampai sana” oke, penjelasan tadi cukup membuat
saya jelas-sejelasnya, kapal beroperasi 24 jam, banyak yang menggunakan jasa
kapal ini karena selain pendagang yang mau menyebrang, banyak juga para remaja
yang sekolah di Sumenep untuk menyebrang dan para pen’ziarah untuk berziarah
(yo iyolah) ke talango, karena di talango ada kuburan para wali Madura dulu.
Setelah sampai di Talango kami melanjutkan perjalanan menggunakan motor menuju
BC (basecamer) sekitar satu jam
perjalan untuk menuju ke BC, di talango saat perjalan saya banyak melihat
rumah-rumah yang cukup besar. Di talango memang banyak orang sukses karena
merantau, di sini kalau orang merantau ga main-main, merantau disini mereka
perginya ke laut dan menggunakan kapal sendiri untuk, mereka pulang jarang,
membuat kapalnya saja mereka bener-bener niat, biayanya saja katanya sampai 2
milyar lebih, tapi saat mereka pulang mereka membawa rezeki yang emang
berlimpah ruah, Sampai di BC kami di sambut pemilik rumah di sini lingkungan
rumahnya ada 3 rumah dan mereka semua berkeluarga, kami sudah di sediakan 1
rumah untuk kami semua, BC disini sudah menganngap temen-temen Mayapada seperti
keluarga sendiri karena sangking seringnya mereka kesini, di BCnya bener-bener
ramah dari bahasa tubuh mereka karena kami tidak paham saat berbicara dengan
mereka dan mereka tidak bisa bahasa indonesia, konyaku mana konyaku ??? tapi
untuny]nya ada anak mereka yang bisa berbahasa indonesia jadi kami masih bisa
BR. Setelah mengobrol sebentar kami memutuskan untuk tidur langsung karena
besok mulau explore lagi, di sini Aliya dan Rara mulai bercandaaan dengan
bahasa madura, kelihatanya di perjalan tadi mereka belajar baha madura,
walaupun yang di ucapkan itu-itu saja (yang tak denger) kalau ga bekna (saya)
dan tedung (tukang tidur)
29
Januari 2014
Sekitar jam 5 kami bangun semua,
karena sesuai rencana pak Kadiv ke goanya jam 9, jadi kami ada waktu banyak
untuk masak, setelah sholat shubuh kami siap-siap untuk memasak dan kali ini
kami yang memasak beserta bahan-bahanya, jadi dua hari sebelumnya bahan buat
masak gak dipakai sama sekali karena selalu di sediakan Mayapada jadi ceritanya
kami balas dendam. Saat masak kami di pinjamkan dapur dan alat-alat pemilik BC, saat meminjamkannya mereka (lagi)
menggunnakan bahasa Madura, dan kita hanya bisa iya, iya dan iya. Kami di bantu
temen-temen Mayapada, di sini kebersamaan kerasa sekali sampai pas makan rasa
kebersamaanya masih tetep ada, oya untuk biasanya orang madura kalau masak nasi
rata-rata masaknya nasi jaggung. Setelah selesai makan dan beres-beres kami
bersiap untuk explore goa pertama hari ini, yaitu goa agung, info : goa agung
adalah goa vertikal dengan kedalaman 3-4 meter, jarak antara BC dengan goa
agung ssekitar 700 meter ke arah barat, sekitar goa agung semak rimbun dan
masih ada pohon di atas mulut goa yang bisa di gunakan untuk anchor, kondisi di dalam goa agung
sangat panas dan jalan bercabang, tapi ga begitu sulit untuk di ingat, bentuk ornament di sini termasuk baru, banyak
yang baru terbentuk ornament pilar,
disini memang bagus untuk mapping dan
ornament untuk sejarahnya kenapa di
namakan agung karena dulku goa aku di agungkan karena dulu mitosnya goa ini
mengeluarkan perak, oke balik lagi ke
cerita, setelah sampai di goa, kami seperti biasa langsung siap-siap, kali ini
cuacanya bener-bener panas, baru sekitar jam 9 saja sudah panas kaya jam 12’an,
kali ini saya sebagai anchorman,
akhirnya bisa tampil keren J, dengan secondman Rara,
setelah pemanasan dan berdoa, saya segera mesasang anchor, karena pas survey dulu sudah lihat, jadi lumayan cepet cuma
penempatan main anchor dan back-up
, sekiatar 20 menit selesai, saya langsung turun, kali ini bentuk mulut
goanya lumayan enak, dan banyak pijakan, jadi tidak terlalu sulit untuk turun,
saat turun dan nunggu Rara turu, astaga bener-bener panas, ngalahke sauna, setelah
Rara dan semua turun kami mencoba explore
sebelah kanan, subhanallah apik tenan dalam goanya, beda dengan goa-goa di
gunung kidul, walaupun panas dalam goa, tetep terbayar lunas dengan penampakan
dalam goa ini, setelah explore ke
sana kemari dan upacara, kami naik lagi, yang pertama Faris, Iin, Aliya,
Rara,dan terakhir saya, sampai luar kerasa lebih adem walaupun cuaca tetep
panas, setelah saya cleaning kami langsung memutuskan balik untuk sholat
dhuzur dulu, sesampainya di BC, ternyata cuaca mendung dan hujan, terpaksa kami
pending dulu, sekitar jam 1 siang kami hujan reda kami melanjutkan ke goa kedua
di talango yaitu goa kates, info : goa kates berada di sebelah timur BC, untuk
jaraknya saya lupa, tapi BC ke goa kates butuh waktu sekitar 7-8 menit, goa ini
horizontal, sebenarnya entrancenya
ada vertical tapi untuk posisi dari atasnya lokasinya masih bekum tahu jadi
kita pakai horizontal dan kalau masuk dan lihat dari bawah, kebanyakan warga
sekitar membuang sampah di entrance
vertical jadi bawahnya lumayan kotor, letak goa terletak di belakang rumah
dan kebun warga, jadi sebelum msuk goa harus izin ke pemilik rumah, di sekitar
mulut goa, lumayan rimbun dan deket kebun, kondisi dalam goa sama seperti
agung, ornamentnya baru dan
bagus-bagus, oya untuk masuk ke entrance
horizontal kita harus climbning sekitar
2-3 meter, di bentukan dalam goa kates seperti labirin dan kali ini bener sulit
di hafalkan, kembali lagi ke cerita, setelah sampai kita langsung pemanasan dan
berdoa, tak perlu bersiap-siap karena horizontal,
kali ini emang Iin memang di sengaja untuk di jadikan leader buat belajarnya dia, NGU Iin, dengan urutan Iin, Aliya,
saya, Rara, Faris, untungnya kita di temani temen-temen Mayapada jadi kita ga
takut nyasar, karenaniatnya temen-temen Mayapada masuk sekalian cari ulan
sanca, karena nganterin saya survey di dalam goa ada dua ular sanca, walaupun
di temeni temen-temen Mayapada untuk
cari jalannya tetap kita yang cari, setealh explore
dan wira-wira percabangan yang lumayan banyak,
tiba-tiba saja Rara memutuskaan kembali, kau bau ngono kaelah, memang lumayan banyak dan waktu kami turun goa pas siang, disaat kelelawar masih di go, Faris mengantarkan Rara balik, kami bertiga memutuskan tetap lanjut, setelah sampai di lorong kecil, Faris ada lagi, kami coba masuk ke lorong kecil ini dengan tiarap, karena benar-benar kecil, di sini kami upacara dan setelah selesai kami memutuskan untuk kembali ke BC, sampainya di BC kami istirahat sejenak, membersihkan diri, dan beres-beres karena rencana mau kebali ke sekret lagi, saat lainnya sedang membersihkan diri, saya coba mengajak BR anak BC yang bisa bahasa indonesia, di temeni juga sama Pakpuh, banyak informasi yang saya dapatkan dari ngobrol dengan mereka, tentang kebudayaan Madura, seperti carok, makananannya, sejarah kearton Sumenep, dan tentang sosialnya di Sumenep kenapa banyak wali dan pesantren disini, ya ternyata Sumenep memang kota yang unik, sekitar jam 4 saya di panggil untuk segera beres-beres dan kembali pulang, saat sampai di dermaga, ternyata anginnya lagi besar-besarnya, saat di kapal, lumayanlah untuk buat pusing, sesampainya di dermaga kali anget kami langsung menuju sekret untuk istirahat dan makan malam,
goa agung |
tiba-tiba saja Rara memutuskaan kembali, kau bau ngono kaelah, memang lumayan banyak dan waktu kami turun goa pas siang, disaat kelelawar masih di go, Faris mengantarkan Rara balik, kami bertiga memutuskan tetap lanjut, setelah sampai di lorong kecil, Faris ada lagi, kami coba masuk ke lorong kecil ini dengan tiarap, karena benar-benar kecil, di sini kami upacara dan setelah selesai kami memutuskan untuk kembali ke BC, sampainya di BC kami istirahat sejenak, membersihkan diri, dan beres-beres karena rencana mau kebali ke sekret lagi, saat lainnya sedang membersihkan diri, saya coba mengajak BR anak BC yang bisa bahasa indonesia, di temeni juga sama Pakpuh, banyak informasi yang saya dapatkan dari ngobrol dengan mereka, tentang kebudayaan Madura, seperti carok, makananannya, sejarah kearton Sumenep, dan tentang sosialnya di Sumenep kenapa banyak wali dan pesantren disini, ya ternyata Sumenep memang kota yang unik, sekitar jam 4 saya di panggil untuk segera beres-beres dan kembali pulang, saat sampai di dermaga, ternyata anginnya lagi besar-besarnya, saat di kapal, lumayanlah untuk buat pusing, sesampainya di dermaga kali anget kami langsung menuju sekret untuk istirahat dan makan malam,
Setibanya di sekret Mayapada setelah sholat
maghrib saya langsung mandi, maklum tinggal saya saja yang belum mandi dari
tadi, nah yang jadi kesalah saya, ternyata setelah mandi pas malam, buat saya
malah sedikit greges a.k.a kurang enak badan. Setelah mandi saya langsung ke
sekret Mayapada, dan ternyata yang lain pada masak lagi, mereka bener-bener
niat untuk ngehabisin bahan logistik, kali ini kami di bantu bang Culing. Selesainya
makan malam kami langsung menuju ke kontrakan seperti biasa untuk istirahatdan
tidur. Di kontrakan yang perempuan langsung masuk kamar untuk tidur dan yang
cowok ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Ternyata rencananya malam ini kami di ajak
untuk pergi main ke luar, karena yang perempuan dah pada tidur akhirnya kami
yang diculik, saya dan Faris. Sebenernya saya agak males, karena ngantuk dan emang
lagi kurang sehat. Tapi ga enak kalau nolak ke temen-temen Mayapada sama kasin
si Faris kalau saya tumbalkan sendiri, yoweslah. Kami di ajak ke alun-alun oleh
bang Beringin dan bang Culing, di sini kami ngobrol banyak dan minum jus
alpokat, dari obrolan ini saya jadi tahu kenapa temen-temen Mayapada
solidaritasnya tinggi, bukan karena satu organisasi saja, mereka memang hampir
24 jam selalu bareng, pulang ke dari sekret mereka ke kontrakan bareng-bareng,
semisal main ke luar juga mereka selalu ngenet atau main PS ke tempat warnet
yang di jaga senior mereka. Mereka juga punya prinsip satu organisasi itu juga
satu keluarga, satu sedulur kata mereka. Cukup lama di alun-alun dan saya
mencoba ngode dengan selalu menguap-ba-tinguap tapi masih belum pulang juga,
tiba-tiba Faris langsung selonjoran dan pejamkan mata, saya ga tahu Faris juga
ngode atau emang dan ketiduran beneran, Alhamdullilahnya mereka menangkap
sinyal kami, akhir kita pulang juga, tapi sebelum sampai kontrakan saya agak
curiga dengan bang Culing dan bang Beringin, ternyata benar kami masih di ajak
untuk makan, waktu mau berhenti di gerobak warung makan, saya suruh bang Culing
“udah bang maju aja motornya ga usah nepi bang, lurus bang lurus (sambil
ngarahin paksa badan bang Culing ke depan)” karena bener-bener dah kenyang
banget, mungkin dah gada rang lagi di dalam perut. Akhirnya bang Culing tetap
lurus dan menuju ke kontrakan, setelah sampai, ternyata temen-temen Mayapada
yang lain masih belum tidur, berhubung dah ngantuk banget saya dan Faris
langsung masuk kamar dan terkapar nyenyak.
30
Januari 2014
Saya terbangun tepat jam setengah lima
dan Faris ternyata juga sudah bangun, setelah selesai sholat shubuh, saya
curhat ke Faris kalau saya pengen BAB, ternyata dia juga, akhirnya kami susun
rencana untuk kabur sementara dari kontrakan mencari WC di luar, kami seingat
saya di deket kontrakan ada masjid yang baru di bangun, mungkin saja ada kamar
mandinya dan di dalam kamar mandi ada WCnya. Setelah kami keluar kontrakan
cobaannya lumayan banyak, ternyata pintu pagar deoan di kunci terpaksa kami
panjat tembok pagar yang tingginya lebih daru saya, atau sayanya yang emang
pendek yo, sampa di masjid yabng baru di bangun, Alhamdullilah ternyata benar
ada kamar mandi, langsung saya dan Faris pergi cepet-cepet menuju kamar mandi,
dan ternyata........................ kamar mandinya di kunci, kami tambah
kebelet dan saya ngerasa agak pusing engak tahu kenapa karena emang lagi kurang
enak badan atau stres mau BAB ga bisa-bisa. Kami coba cari kamar mandi lain,
terdengar suara puji-pujian dari masjid, kami mencoba nyari, saat di jalan kami
bertemu dengan dua bapak-bapak, menurut observasi saya bapak-bapak ini terlihat
dari masjid karena pakai sarung dan songkok :3 , kami coba tanya mereka di mana
mesjid dan terjadilah obrolan ini : Saya :Permisi Pak, maaf mau tanya, di sini
masjid di mana ya Pak. Bapak : di sana mas, itu ada pertigaan belok kir saja,
lurus nanti ada masjid namanya (saya lupa namanya). Saya : terima kasih Pak.
Bapak : iya mas, mau ke masjid ngapain mas ? sholat shubuh ?. Saya : eeee (
mikir dulu, mau jawab apa) eemmmm mau ke kanar mandi pak sebenarnya. Bapak :
owh di sana ada masjid juga, di situ ada kamar mandinya. Faris : iya pak, kami
sudah kesana tapi kamar mandinya kuncian. Bapak : owh emang masnya dari mana ?.
Faris : Jogja pak, Bapak : owh coba aja ke masjid sana mas, masih terbuka kamar
mandinya. Bapak II : masnya naik apa ?. Saya : (karena tak kira pertanyaanya tanya
naik apa untuk cari WCnya maka saya bilang) jalan kaki pak. Bapak I dan II
terlihat binggung, saya binggung kenapa mereka binggung tapi karena sudah siaga
kebelet saya buru-buru pamit ke bapaknya, dan pas di jalan di ceritakanb Faris
saya baru paham kalau bapaknya ternyata maksud tanyanya dari Jogja ke Sumenep
anaik apa mas, cukup jauh kami melangkahkan kaki ini dengan beban berlebih,
akhirnya ketemu juga masjid dan di depan masih ada dua orang bapak-bapak,
menerut observasi saya lagi mungkin mereka adalah Imam dan Takmir masjid,
kalini ini asal nebak saja dan ternyata benar, saat berpapasan dengan takmirnya
saya coba lempar senyum, biar ga curiga ngapain ke masjid, maklum sudah jam
setengah 6 dan ga mungkin kalo shubuhan di mesjid jam segitu, dan ternyata
bapak Takmir ini malah bertanya, “mau ngapain mas ?”. dalam hati, waduh mati
ki, binggung mau jawab aja, yaudah akhirnya saya ngaku mau pakai kamar mandi,
dan alhamdullilahnya bapaknya malah nawarin kamar mandi yang khusus Takmir,
lega bener, akhirnya bisa keluar lancar. Setelah dari masjid kami langsung ke
kontrakan, di Faris sempat diskusi dengan saya untuk mending ga usah masak
saja, biar cepet, saya manut-manut saja, soalnya lagi seneng aja, bisa BAB juga
tadi.
Sesampainya di kontrakan ternyata yang
perempuan sudah siap-siap masak karena tidak mau bahan logistiknya jadi beban
bawaan, dan ternyata yang rencana kami berangkat jam 7 harus di undur sekitar
jam 8-9 karena kata temen-temen Mayapada banyak polisi, cari aman saja, ya
sudahlah, setelah selesai makan kami segera bergegas ke goa terakhir kami, goa
asta tinggi, sebenanya bukan goa tapi rekahan, temen-temen Mayada sering pakai
untuk latihan repling. Info : goa
asta tinggi adalah rekahan panjang
dengan dua lobang, diameter lobangnya sekitar 1 meter dengan tinggi sekitar 9
meter. Jarak antara kontrakan dengan asta tinggi Cuma 10 menit, asta tinggi
sebenarnya tempat ziarah para wali, sedangkan goanya berada sekitar 400 meter
ke atas lagi dan melewati perbukitan. Asta tinggi berada pada daratanb tinggi
perbukitan Sumenep, itu kenapa namanya asta tinggi, asta adalah tempat, jadi
adalah tempat yang tinggi. Untuk mulut goa asta tinggi lubangnya langsung
ceblongan dan hanya cuma satu batu tembus. Balik ke cerita, seperti biasa
sampai sana kami langsung bersiap-siap untuk explore. Anchormannya kali ini adalah Iin dan secondmannya Aliya. Mereka berdua mencoba rigging dengan
menggunakan pohon, sambil menunggu mereka saya coba untuk cari anchor lain walaupun saya bukan thirdman, saya coba pakai phyton dan ternyata bisa juga walaupun
bukan buat anchor tapi buat tali
bantu. Sekitar 45 menit Iin rigging dan turun, dan benar saja Iin kesulitan
karena bentukan goanya sulit, tidak Iin saja yang mengalami kesulitan, semua
juga mengalami kesulitan, termasuk saya, bahkan Rara sempat teriak-teriak ala
iklan Tebs. Kali ini urutannya, Iin, Aliya, Rara, Faris, dan terakhir saya
(lagi). Sesampainya di bawah ternyata sudah ada temen-temen Mayapada yang turun
duluan dengan climbing di bantu
dengan serabut pohon.
Bentukan di dalam goa hampir tidak ada tempat gelap abadi, karena memang hanya rekahan, setelah kami explore dan foto-foto sebentar, karena emang pendek goanya kami langsung naik, saya yang pertama, saat di mulut goa untuk naik lumayan tidak gampang, sudah tidak ada pijakan sama sekali buat naik, bentukkan goanya juga susah pula. Akhirnya saya nemu style juga buat naik dan di sambut bang beringin yang dari tadi memang menunggu. Naik selanjutnya adalah Faris, dia juga mengalami kesulitan, tapi akhirnya menemukan style sendiri, di lanjut Rara, Aliya, dan Iin, mereka masing-masing juga menemukan stylenya sendiri-sendiri. Kali ini di atas goa lumayan panas, lebih panas saat di talango, nek kata Faris kaya di strika, kali saya sudah bener-bener pusing karena kondisi masih kurang enak badan ditambah panasnya cuaca. Sekitar jam 1 siang kami balik ke kontrakan untuk beres-beres barang karena persiapan balik ke Jogja, setelah semua carrier oke, kami segera move-on ke sekret Mayapada. Rencana awalnya kami berencana untuk main-main dulu dan ke pemandian, berhubung waktunya kurang, akhirnya kami ga jadi dan di ajak temen-temen Mayapada untuk bakar-bakar jaggung di sekret, lumayan udah alam ga makan jaggung bakar, setelah selesai bakar-bakar, kami bersiap-siap untuk melakukan upacara dan penyerahan jummper untuk Rara dan Iin, di sini temen-temen Mayapada juga mengikuti upacara, jadi ada asimilasi kebudayaan upacara dari Mayapada dan Palapsi, setelah upacara dan penyerahan jummper dan berfoto-foto ria dengan temen-temen Mayapada, kami berpamitan untuk pulang ke Jogja, tidak lupa untuk minta nomer dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada temen-temen Mayapada karena dari awal hari sampai akhir during FUD ini selalu membantu kita J, akhirnya kami pulang juga dengang menggunakan bis akas, sampai di atas bis seperti biasa saya pre memory.
Rara saat di asta tinggi |
Bentukan di dalam goa hampir tidak ada tempat gelap abadi, karena memang hanya rekahan, setelah kami explore dan foto-foto sebentar, karena emang pendek goanya kami langsung naik, saya yang pertama, saat di mulut goa untuk naik lumayan tidak gampang, sudah tidak ada pijakan sama sekali buat naik, bentukkan goanya juga susah pula. Akhirnya saya nemu style juga buat naik dan di sambut bang beringin yang dari tadi memang menunggu. Naik selanjutnya adalah Faris, dia juga mengalami kesulitan, tapi akhirnya menemukan style sendiri, di lanjut Rara, Aliya, dan Iin, mereka masing-masing juga menemukan stylenya sendiri-sendiri. Kali ini di atas goa lumayan panas, lebih panas saat di talango, nek kata Faris kaya di strika, kali saya sudah bener-bener pusing karena kondisi masih kurang enak badan ditambah panasnya cuaca. Sekitar jam 1 siang kami balik ke kontrakan untuk beres-beres barang karena persiapan balik ke Jogja, setelah semua carrier oke, kami segera move-on ke sekret Mayapada. Rencana awalnya kami berencana untuk main-main dulu dan ke pemandian, berhubung waktunya kurang, akhirnya kami ga jadi dan di ajak temen-temen Mayapada untuk bakar-bakar jaggung di sekret, lumayan udah alam ga makan jaggung bakar, setelah selesai bakar-bakar, kami bersiap-siap untuk melakukan upacara dan penyerahan jummper untuk Rara dan Iin, di sini temen-temen Mayapada juga mengikuti upacara, jadi ada asimilasi kebudayaan upacara dari Mayapada dan Palapsi, setelah upacara dan penyerahan jummper dan berfoto-foto ria dengan temen-temen Mayapada, kami berpamitan untuk pulang ke Jogja, tidak lupa untuk minta nomer dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada temen-temen Mayapada karena dari awal hari sampai akhir during FUD ini selalu membantu kita J, akhirnya kami pulang juga dengang menggunakan bis akas, sampai di atas bis seperti biasa saya pre memory.
Epilog
Saat bis lewat jembatan suramadu, tiba
saya terbangun, sesuai niat saya saya memang pengen lihat suramadu, saya
memutuskan untuk tidak tidur lagi dan ternyata di hp saya sudah penuh dengan inbox dari anak Mayapada, yang berisikan
semuanya salam perpisahan, ya mungkin sekarang saya tinggal menunggu kedatangan
mereka di Jogja, mereka memang berencana untuk pergi ke Jogja dan mendaki
merbabu. Sampai di bungur asih, seperti biasa sebelum pindah bis tujuan Jogja,
kami pergi ke toilet langganan kami. Setelah dari toilet kami langsung move-on ke tempat bis tujuan Jogja,
cukup lama dan ramai karena hari ini adalah hari libur imlek, apalagi kami
hanya mau naik bis Mira dan rekan-rekanya, sekitar satu jam lebih menunggu
akhirnya ada bis mira juga yang dari tadi di parkir lama di belakang antrian
bis, dan untuk ketiga kalinya dalam during berturut-turut saya selalu di bantu
kernet bis mira untuk nge-tag tempat
dan naruh carrier duluan di bagasi, walaupun kali ini carriernya saya bawa
sendiri, karena rencana saya mau mampir di Madiun dulu.
Sinar matahari pagi menembus jendela kotak bis ini dengan perlahan, di kepala saya kembali lagi mengingat
pengalaman-pengalaman yang saya rasakan di Sumenep. Wajah-wajah orang yang saya
kenal teringat kembali, Pak Puh, Lembu, Bang Jerry, Culing, Beringin, dan juga
Pak Ketum..... Kejadian besar selama empat hari silih berganti, talango, makan
kekenyangan, masak bareng, nyente, di culik malam-malam, kebelet, dan emosi.
Saya menolak untuk menghapus pengalaman emosi dan nyente saya disana. Keduanya
telah menambah renungan dalam cerita perjalanan ini untuk refleksi diri. Semoga
bisa jauh lebih baik. Salam Lestari, Never Give Up !!!!!!!!! J
NGU !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar