Black Friday: During FUD 2014

During FUD 2014


Journey to East Island

26 Juni 2014
Pada tanggal 26 januari 2014 5 orang tim caving yang terdiri dari Pak Kadiv dan selaku PO, Faris, Aliya, Rara, Iin, dan saya Brain,  sudah bersiap-siap melakukan during FUD 2014, Ya kami akan during ke Sumenep, Madura, sebenarnya kita ke Sumenepnya 6 orang, yak siapa yang 1lagi, jeng-jeng-jeng beliau yang 1 lagi adalah senior Mayapada ( Mapala IKIP Sumenep yang ambil S2 di Jogja) bang Tongar a.k.a mas Lutfi yang memang sudah janjian berangkat bareng ke Sumenepnya, Sekitar pukul 19.30 setelah melakukan upacara dan berteriak Never Give UP !!!! kamipun berangkat ke terminal giwangan dengan di antar temen-temam Palaspsi lainnya, sesampainya di giwangan seperti biasanya layaknya orang nunggu bis, kami mencoba stay cool berhubung pada gak mau naik bis yang ngadu andrenalin, kami menunggu bis yang lain. Sekitar jam 21.00 bis yang di nanti-nanti datang, lekas saja kami langsung naik bis ini (sekedar info saja harga tiket bis Yogyakarta-Surabaya sekitar Rp 47.000,00) perjalanan ke pulau ufuk timurpun dimulai, yeah !!!!
Upacara Sebelum Berangkat

27 Juni 2014
Pre Memory di dalam bis (karena saya tidur terus) sampai di Terminal Bungurasih Surabaya sekitar pukul 4 pagi, sebelum melanjutkan bis ke arah Sumenep, seperti biasa saya dan teman-teman istirahat bentar di toilet langganan saya (pas survey dulu juga kesini terus :3) untuk ishoman-istirahat, sholat, kamar mandi. Jam setengah 5 kami naik bis akas tujuan sumenep yang memang kebetulin bis ini selalu ada dan beroperasi 24 jam, jadi kita ga perlu menunggu lama. Untuk perjalanan Surabaya-Sumenep kalo pagi memang harus lewat jalur penyebrangan laut naik kapal, karena bis baru boleh masuk jembatan Sumenep dari jam 5 sore – 5 pagi, kenapa demnikian ?? kata Bang Tongar biar kapal juga ada pemasukannya jadi harus ada pembagian jamnnya, Untuk perjalanan ke Sumenep pre memory karena seperti biasa saya tidur terus (info: harga tiket bis akas Surabaya-Sumenep sekitar Rp 40.000,00). Sesampainya di kampus IKIP Sumenep kita langsung menuju sekret Mayapada, belum sempat masuk di sekret kita sudah di sambut dengan hangat oleh teman-teman dari Mayapada yang dari tadi menunggu kami, maklum bis kami memang agak telat. Yak di sekret Mayapada kami banyak mengobrol dan cerita-cerita, Walapun kadang kita juga binggung dan terdiam saat temen-teman dari Mayapada ini sudah berbicara menggunakan bahasa dan logat Madura, andai ada konyaku penerjemah doraemon.

Sore harinya saya sempat di ajak Pak Ketum silahturahmi ke Mapala sebelah, Wirasta, kampus mapala Wirastra berada persis di sebelah selatan IKIP Sumenep, mapala ini memang baru, tanggal 2 febuari 2013 awal berdirinya mereka, dan saat saya tiba di sekret Wirastra, ternyata mereka sedang sibuk mempersiapkan Diksar untuk besok, ya besok mereka berencana diksar di Mojokerto seminggu, disini saya tidak bisa ngobrol banyak karena dari merekanya memang sibuk dan saya juga binggung mau ngajak ngobrol apa ya sebenarnya juga ga bisa bahasa madura, please konyaku, setelah ba’da ashar saya balik ke sekret Mayapada, berhubung penyakit ngantuk saya kumat lagi, saya coba selonjoran di sekret dan tiba-tiba tertidur jadi pre memory lagi, oya seingat saya pas cowok-cowok tidur, yang perempuan pada pergi ke pasar untuk beli tambahan logistik, setelah saya dan Faris bangun seperti biasa kita mulai lagi BR (building raport istilah untuk mengakrabkan diri di psikologi) dengan teman-teman Mayapada sekalian Faris ngobrol membahas rencana skenario ke mereka.


building raport dengan anak Mayapada

 Sore itu juga kami di sediakan makan dari temen-temen Mayapada, seperti khas Mapala, nasi yang di jejerkan memanjang dengan sayur di atas berserta lauk di sampingnya, dalam hati saya, Alhamdullilah akhirnya makan, karena memang dari pagi kita belum makan, berhubung belum berpengalaman kami memilih posisi saling berdekatan jadi seperti ada dua kubu, kubu Palapsi dan kubu Mayapada, dan karena salah penempatan posisi inilah yang membuat kita salah strategi, nasi yang di sediakan untuk orang sekitar 20’an harus kami habiskan, karena kubu lawan sudah tinggal sedikit dan banyak yang menjauh, terpakasa kami dari kubu Palapsi yang habiskan semua.

Tiba-tiba salah satu dari kami ada yang kurang enak badan, Aliya, Kondisi di Sumenep pada waktu itu memang angin kencang dan panas, sangat bagus untuk njemur baju, hal ini juga di dukung dengan wilayah Sumenep memang dekat pesisir pantai. Jadi tidak heran jika Aliya tiba-tiba kurang enak badan, semoga kondisi tim yang lain sehat selalu. Sore sampai malam kami pergunakan untuk ngobrol-ngobrol dan bincang-bincang (bedane opo) kecuali Aliya yang emang sedang istirahat dan Iin, nah ini Iin, saya ga tau kenapa, apakah emang ada masalah atau sifat orang golongan darah B kaya gini (mageran), Iin di ajak untuk ngobrol di depan sekret ga mau, tetep stay cool di depan komputer, Rara yang terekanal di tim caving paling tegas dan paling.... ya gitulah ampun yo Ra, tetep ga bisa, tapi setelah beberapa menit Iin keluar juga dengan sendirinya, ni anak, hahaha. Sekedar info lagi, tim caving sekarang ini emang unik-unik semua. Karena kampus sana sama dengan kampus saya yaitu ada jam malam, kami di ajak untuk menginap di kontrakan temen-temen Mayapada sebagai tempat tidur
28 juni 2014
          
       Pagi harinya sekitar jam setengah 5, saya sudah di bangunin pak kadiv, sebenarnya sudah bangun sih dari jam 3 tadi, berhubung sakit perut dan di kontrakan emang ga ada wc, ya ahkirnya tidur lagi, lanjut ke cerita, setelah sholat shubuh dan semuanya bangun kamipun segera bersiap-siap sesuai rencana kita berangkat dari kontrakan jam 7 pagi. Emang sempat binggung masalah bawa carrier karena kita emang di antar anak Mayapada jadi kita berpikir mereka yang tahu enaknya gimana, karena rencananya kami dari pantaroman, batu putih langsung ke talango jadi bawa dua carrier saat ke lokasi goa, ya ternyata ada misscom karena setelah dari batu putih kita ke sekret dulu, oke lanjut lagi ceritanya, kami melakukan perjalanan dengan di antar bang Juling, karena teman-teman Mayapada lainnya sedang bersiap-siap dan nunggu motor yang lain, kami ber-enam berangkat ke Pantaroman, sebelum sampai kami singgah dulu ke kepala RT untuk masalah perizinan. Info : Pantaroman adalah goa dengan entrance vertikal terbesar di sumenep sekitar 9-10 meter untuk diameternya dan tingginya sekitar 7 meter di pantaroman ada dua entrance pertama modelnya horizontal dan yang kedua vertical, jarak entrance vertical dan horizontal cukup dekat, untuk entrance verticalnya lumayan rimbun di mulut goanya banyak pepohonan dan di sebelah timur ada pohon yang cukup lumayan besar sebekah barat goa ada lobang kecil yang masih bisa dimasuk sekitar 10 meter , lokasi pantaroman sendiri di daerah berbukitan, jalalananya ada yang menanjak dan rusak tapi ga terlalu panjang jarak dari kampus ke daerah pantaroman sekitar 45 menit dengan naik motor, Pantaroman kata anak Mayapada artinya adalah tempat yang suci karena dulu mitosnya di gunakan untuk bertapa para wali di sumenep. Ya setelah sampai dengan lumayan susah payah naik karena jalannya lumayan kurang well kami langsung bersiap-bersiap untuk melakukan explore goa, untuk goa pantaroman anchormannya Faris dan secondmannya saya sendiri, tidak perlu waktu lama Faris menemukan tempat untuk anchor setelah memasang boulance di pohan untuk back-up pengaman Faris mulai dengan menganchor sekitar 1 jam waktu menanchor setelah Faris turun, di lanjutkan saya, ketiganya Iin, dilanjut Rara dan terakhir Aliya. Karena SRT set kami hanya tiga dan kami berlima tentu saja perlku transfer alat, sang peng transfernya adalah Iin untuk di pakai Rara dan Aliya. Setelah turun semua kami melanjutkan explore ke lubang sebelah barat, tapi kami hanya sampai sekitar 6 meter karena kondisinya lubang makin mengecil dan banyak kelelawar, setelah berfoto ria dan melakukan upacara kamipun segera keluar dan bersiap untuk naik, urutan naik di balik dari Aliya, Rara, Iin, Saya dan Faris, untuk naik Aliya dan Rara ga ada masalah, waktu Iin naik ada sedikit masalah, untuk SRT naiknya ga ada masalah, tapi untuk menuju puncak daratannya (dari tali ke daratan, karena memang goa beda dengan yang biasanya kami masuki, langsung ceblokan kalau saya bilang) Iin agak kesulitan, dia kesulitan untuk menganggkat badannya. Karena merasa agak lama saya berniat untuk memberi tahu Iin cara yang benar, tapi karena Faris bilang untuk menunggu dulu, biar dia cari cara sendiri, memang bener soalnya biar Iin belajar juga, trial and error itulah prinsip belajar di tim caving. Sampai batas waktu yang di berikan Faris dan diberitahu cara-caranya, ternyata Iin belum naik. 



Pantaroman

Akhirnya Faris dan saya memutuskan membantu dari atas, dan berhubung ga pakai SRT set dan SRT ga bisa di transfer ya kita pakai jalur horizontal untuk naik ke atas, setelah di nbantu dari atas akhirnya Iin bisa naik dan saya dan Faris memutuskan untuk turun lahgi tapi lewat jalur Vertical karena kami sudah pakai SRT set, setelah kami turun terus naik lagi, kami langsung meng-cleaning anchor dan di lanjut beres-beres dan snacking, selesai itu semua dan anak Mayapada sudah ada di pantaroman semua kami pun bergegas pindah ke goa kedua yaitu goa batu putih atau goa manten, karena misscom tadi carrier dua kami dibawa dan agak menggangu di perjalanan karena memang motornya kurang jadi terpaksa bang Apoy jalan kaki kebawah bukit, sampai akhirnya di bawah terpaksa saya di oper ke motor faris, jadi satu motor ada tiga orang. Tapi alhamdullilahnya ga begitu lama, saat di jalan ketemu bang Kolat, yang emang juga mau menuju batu putih untuk menemani kita, akhirnya saya di oper lagi.  Perjalanan menuju ke batu putih ga ada masalah,  setelah memparkir motor di rumah salah satu warga, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki sekitar 10 menit. Info : goa batu putih adalah goa dengan 3 entrance yaitu pertaman dengan entrance horizontal, kedua vertical dengan tinggi sekitar 10 meter dan ketiga vertical dengan tinggi sekitar 11-12 meter, goa ini menurut kepercayaan orang sekitar, goa ini tidak boleh di masuki hari senin dan kamis karena menurut mitos akan ada penampakan kepala ular, alhamdullilahnya pada waktu itu hari selasa, kondisi sekitar goa untuk entrance horizontal jalanannya menuju ke bawah dan di depan entrance ada perkebunan warga, untuk entrance dua dan ketiga bentukannya hampir sama langsung kaya sumur, ceblongan ke bawah, tapi untuk entrance ke dua sekitar mulut goa ada pepohonan dan ga ada bantuan tembus, untuk entrance ke tiga bentukan lobangnya juga sama dengan entrance ke dua, tapi dekat semak-semak dan agak jauh untuk pohonnya, sekitar goa ada kebun warga dan padang rumput, pemandangan dari sini lumayan bagus. Kondisi dalam goa lumayan kering tapi cukup banyak goano, apa lagi di entrance ke tiga bau goanya tercium sampai keluar, untuk sejarahnya goa ini, anak-anak Mayapada tidak ada yang tahu. Lanjut ke cerita tetibanya di anchor pertama kami kangsung bersiap-siap, untuk saat in anchormannya Aliya dan secondmannya Iin, Aliya sempat binggung untuk mencari anchor karena memang tidak ada batu tembus ama sekali, akhirnya Aliya pakai pepohonan untuk anchor dengan memakai anchor Y di dua pohon, sambil menunggu Aliya membuat anchor, ternyata ada senior Mayada pada yang mampir untuk melihat kami, saya memang kurang memperhatikan Aliya waktu anchor karena lebih banyak ngobrol dengan anak-anak Mayapada yang lain, mungkin hal ini yang jangan di contoh karena di alam bagusnya kita saling ngawasi satu dengan yang lain, ben safety cah J. Setelah anchor jadi, Aliya bersiap turun, ternyata di bawah lumayan friksinya Aliya memutuskan untuk pakai dua padding, setelah Aliya turun, kami di atas berpikir untuk mengganti padding dengan matras, karena friksinya lumayan panjang dan biar efisien ga perlu buka tutup padding sih, urutan setelah Aliya adalah Iin, Rara, Faris, dan saya terakhir, setelah turun ternyata anak Mayapada ada sebagian yang turun lewat jalur horizontal dan memfoto kami. Baru saya turun terus saya langsung naik lagi tanpa memperhatikan sekitar kondisi goa, saya pikir emang harus cepet-cepet, ga enak dengan anak Mayapada yang dari nemenin kalau harus sampai malam dan saya juga pernah lihat kondisi goa waktu survey jadi okelah, waktu saya naik ga ada masalah kecuali ada kelelawar yang berterbangan di sekitar, ga begitu banyak sih, waktu sampai di mulut goa, sebelum di daratan lagi, memang sedikit masalah, saya takut kalo semisal jummar saya pentok’in ke atas nanti bisa ngeruskak jummar berhubung bentukan goanya kaya sumur nanti takunya jummarnya ketindihan beban saya waktu di lekukkan lobang, akhirnya cari aman terpakasa pull-up aja, setelah saya naik ternyata para senior Mayapada sudah pada balik, sembari menunggu yang lain naik, saya coba foto-foto sekitar, pemandangannya apik tenan dab !!!. setelah Faris naik, di lanjut Rara, Iin, nah waktu Iin naik, naik mengalami kesulitan lagi untuk naik, seperti di pantaroman Faris memberi komnado untuk saya sama Rara agar tidak membantu dulu dan biar Iin usaha sendiri, yak, akhirnya Iin bisa naik, walaupun di atas kelihatan kelelahan. Setelah Iin dlanjut Aliya, dan langsung cleaning, yang lain bergegas untuk ke tempat entrance goa yang terakhir untuk hari ini.
entrance goa batu putih 1

entrance goa batu putih 2

Di sini keadaanya lubangnya sama, di daerah sekitar tapi agak jauh dengan pohon dan didekat mulut goa ada semak, untung di sini ada bantuan tembus yang bisa di pakai untuk main anchor dan back upnya di pohon, saat menunggu Rara rigging, saya membau bau yang lumayan ngono kae, ngono kae maksudnya goano (kotoran kelelawar yang baunya emang khas) dibawah mulut goa emang banyak kelelawar yang berterbangan, Rara sering mengeluhkan bau yang ngono kaelah yang emang baunya ngono kae, setelah  rigging selesai sekitar kurang lebih satu setengah jam kurang dengan model anchor yang saya kira mau di buat intermediate ternyata tidak karena niatnya bentukan intermediate itu di buat ­back up  , Rara mulau turun, dia terlihat gugup karena posisi anchor memang kebawah dan kita memang harus langsung kebawah saat melepas bowbin dengan pijakan yang cukup kecil. Hal ini juga bisa membuat kita langsung ngayun saat sesi melepas bowbin saat di antara mulut goa menuju ke goa, akhirnya Rara turun dengan sedikit berteriak, di lanjut Faris dan Terakhir saya, karena ada perubahan rencana keputusannya Aliya dan Iin tidak turun mengingat waktu sudah sore, dan kami juga terpaksa tidak mencoba explore goa batu putih untuk sampai sump (ujung goa) karena masalah waktu juga, setelah saya turun lagi-lagi tanpa mengamati sekitar saya langsung naik lagi, pas naik dengan menggunakan SRT, ini helm rasanya kaya nabrak-nabrak terus, emang nabrak sih, berinteraksi secara langsung dengan kelelawar yang berterbangan di sekitar, oya baunya juga lumayan ini membuat saya semangat untuk nge-push  ke atas dengan cepat, sampai di atas saya segera melepas SRT set biar cepet karena waktu sudah menunjukan jam hampir jam lima dan langit mulai tidak terang lagi, yang keluar dari mulut goa selanjutnya adalah Faris di lanjut Rara. Sepeti biasa mereka berdua langsung cleaning dan yang lain beres-beres untuk bersiap pulang karena waktu sudah menunjuka jam setengah enam sore. Sampai di basecamer pas saat maghrib, sebelum pulang kita sholat dulu, setelah sholat dan berpamitan kita pulang menuju ke sekret Mayapada yang setelah itu di lanjut ke pulau Talango, Dan lagi-lagi di sekret kita di suguhi makan malam lagi dengan porsi 20 orang (LAGI) dan lagi-nya kami posisinya masih salah sakhirnya saat yang lain udah meninggalkan tempat makan, kamilah yang menghabiskan lagi.

Setelah sholat isya kami bersiap untuk pergi ke pulau Talango, pulau Talango  adalah daerah kepualauan di selatan Sumenep dan masih daerah Sumenep, untk menuju kesana kita perlu menyebarang menggunakan kapal khusus penyebrangan, jaraknya dekat antara dermaga kali anget menuju ke talango, ya sekitar 10 menit, dari dermaga kali anget lampu dan rumah-rumah di talango masih saja kelihatan, terus saya berpikir, kenapa ga dibuat jembatan saja kakau dekat, suramadu saja ada yang menghubungkan Madura-Surabaya kenapa yang sini tidak dengan jarak yang dikit, usut punya usut setelah di ceritakan Pak Puh, ternyata arus laut di sini besar, pemerintah ga beraini untuk buat jembatan, bercandannya Pakpuh “semisal kamu nyemplung disini Bren terus mati, kiita nyari mayatmu ga di sini tapi di daerah sana, yang jaraknya sekitar 4 km dari kali anget, karena mayatmu hanyut sampai sana” oke, penjelasan tadi cukup membuat saya jelas-sejelasnya, kapal beroperasi 24 jam, banyak yang menggunakan jasa kapal ini karena selain pendagang yang mau menyebrang, banyak juga para remaja yang sekolah di Sumenep untuk menyebrang dan para pen’ziarah untuk berziarah (yo iyolah) ke talango, karena di talango ada kuburan para wali Madura dulu. Setelah sampai di Talango kami melanjutkan perjalanan menggunakan motor menuju BC (basecamer) sekitar satu jam perjalan untuk menuju ke BC, di talango saat perjalan saya banyak melihat rumah-rumah yang cukup besar. Di talango memang banyak orang sukses karena merantau, di sini kalau orang merantau ga main-main, merantau disini mereka perginya ke laut dan menggunakan kapal sendiri untuk, mereka pulang jarang, membuat kapalnya saja mereka bener-bener niat, biayanya saja katanya sampai 2 milyar lebih, tapi saat mereka pulang mereka membawa rezeki yang emang berlimpah ruah, Sampai di BC kami di sambut pemilik rumah di sini lingkungan rumahnya ada 3 rumah dan mereka semua berkeluarga, kami sudah di sediakan 1 rumah untuk kami semua, BC disini sudah menganngap temen-temen Mayapada seperti keluarga sendiri karena sangking seringnya mereka kesini, di BCnya bener-bener ramah dari bahasa tubuh mereka karena kami tidak paham saat berbicara dengan mereka dan mereka tidak bisa bahasa indonesia, konyaku mana konyaku ??? tapi untuny]nya ada anak mereka yang bisa berbahasa indonesia jadi kami masih bisa BR. Setelah mengobrol sebentar kami memutuskan untuk tidur langsung karena besok mulau explore lagi, di sini Aliya dan Rara mulai bercandaaan dengan bahasa madura, kelihatanya di perjalan tadi mereka belajar baha madura, walaupun yang di ucapkan itu-itu saja (yang tak denger) kalau ga bekna (saya) dan tedung (tukang tidur)

29 Januari 2014
          Sekitar jam 5 kami bangun semua, karena sesuai rencana pak Kadiv ke goanya jam 9, jadi kami ada waktu banyak untuk masak, setelah sholat shubuh kami siap-siap untuk memasak dan kali ini kami yang memasak beserta bahan-bahanya, jadi dua hari sebelumnya bahan buat masak gak dipakai sama sekali karena selalu di sediakan Mayapada jadi ceritanya kami balas dendam. Saat masak kami di pinjamkan dapur dan alat-alat  pemilik BC, saat meminjamkannya mereka (lagi) menggunnakan bahasa Madura, dan kita hanya bisa iya, iya dan iya. Kami di bantu temen-temen Mayapada, di sini kebersamaan kerasa sekali sampai pas makan rasa kebersamaanya masih tetep ada, oya untuk biasanya orang madura kalau masak nasi rata-rata masaknya nasi jaggung. Setelah selesai makan dan beres-beres kami bersiap untuk explore goa pertama hari ini, yaitu goa agung, info : goa agung adalah goa vertikal dengan kedalaman 3-4 meter, jarak antara BC dengan goa agung ssekitar 700 meter ke arah barat, sekitar goa agung semak rimbun dan masih ada pohon di atas mulut goa yang bisa di gunakan untuk anchor, kondisi di dalam goa agung sangat panas dan jalan bercabang, tapi ga begitu sulit untuk di ingat, bentuk ornament di sini termasuk baru, banyak yang baru terbentuk ornament pilar, disini memang bagus untuk mapping dan ornament untuk sejarahnya kenapa di namakan agung karena dulku goa aku di agungkan karena dulu mitosnya goa ini mengeluarkan perak, oke balik lagi ke cerita, setelah sampai di goa, kami seperti biasa langsung siap-siap, kali ini cuacanya bener-bener panas, baru sekitar jam 9 saja sudah panas kaya jam 12’an, kali ini saya sebagai anchorman, akhirnya bisa tampil keren J, dengan secondman Rara, setelah pemanasan dan berdoa, saya segera mesasang anchor, karena pas survey dulu sudah lihat, jadi lumayan cepet cuma penempatan main anchor dan  back-up , sekiatar 20 menit selesai, saya langsung turun, kali ini bentuk mulut goanya lumayan enak, dan banyak pijakan, jadi tidak terlalu sulit untuk turun, saat turun dan nunggu Rara turu, astaga bener-bener panas, ngalahke sauna, setelah Rara dan semua turun kami mencoba explore sebelah kanan, subhanallah apik tenan dalam goanya, beda dengan goa-goa di gunung kidul, walaupun panas dalam goa, tetep terbayar lunas dengan penampakan dalam goa ini, setelah explore ke sana kemari dan upacara, kami naik lagi, yang pertama Faris, Iin, Aliya, Rara,dan terakhir saya, sampai luar kerasa lebih adem walaupun cuaca tetep panas, setelah saya cleaning  kami langsung memutuskan balik untuk sholat dhuzur dulu, sesampainya di BC, ternyata cuaca mendung dan hujan, terpaksa kami pending dulu, sekitar jam 1 siang kami hujan reda kami melanjutkan ke goa kedua di talango yaitu goa kates, info : goa kates berada di sebelah timur BC, untuk jaraknya saya lupa, tapi BC ke goa kates butuh waktu sekitar 7-8 menit, goa ini horizontal, sebenarnya entrancenya ada vertical tapi untuk posisi dari atasnya lokasinya masih bekum tahu jadi kita pakai horizontal dan kalau masuk dan lihat dari bawah, kebanyakan warga sekitar membuang sampah di entrance vertical jadi bawahnya lumayan kotor, letak goa terletak di belakang rumah dan kebun warga, jadi sebelum msuk goa harus izin ke pemilik rumah, di sekitar mulut goa, lumayan rimbun dan deket kebun, kondisi dalam goa sama seperti agung, ornamentnya baru dan bagus-bagus, oya untuk masuk ke entrance horizontal kita harus climbning sekitar 2-3 meter, di bentukan dalam goa kates seperti labirin dan kali ini bener sulit di hafalkan, kembali lagi ke cerita, setelah sampai kita langsung pemanasan dan berdoa, tak perlu bersiap-siap karena horizontal, kali ini emang Iin memang di sengaja untuk di jadikan leader buat belajarnya dia, NGU Iin, dengan urutan Iin, Aliya, saya, Rara, Faris, untungnya kita di temani temen-temen Mayapada jadi kita ga takut nyasar, karenaniatnya temen-temen Mayapada masuk sekalian cari ulan sanca, karena nganterin saya survey di dalam goa ada dua ular sanca, walaupun di temeni temen-temen Mayapada  untuk cari jalannya tetap kita yang cari, setealh explore dan wira-wira percabangan yang lumayan banyak, 





goa agung



tiba-tiba saja Rara memutuskaan kembali, kau bau ngono kaelah, memang lumayan banyak dan waktu kami turun goa pas siang, disaat kelelawar masih di go, Faris mengantarkan Rara balik, kami bertiga memutuskan tetap lanjut, setelah sampai di lorong kecil, Faris ada lagi, kami coba masuk ke lorong kecil ini dengan tiarap, karena benar-benar kecil, di sini kami upacara dan setelah selesai kami memutuskan untuk kembali ke BC, sampainya di BC kami istirahat sejenak, membersihkan diri, dan beres-beres karena rencana mau kebali ke sekret lagi, saat lainnya sedang membersihkan diri, saya coba mengajak BR anak BC yang bisa bahasa indonesia, di temeni juga sama Pakpuh, banyak informasi yang saya dapatkan dari ngobrol dengan mereka, tentang kebudayaan Madura, seperti carok, makananannya, sejarah kearton Sumenep, dan tentang sosialnya di Sumenep kenapa banyak wali dan pesantren disini, ya ternyata Sumenep memang kota yang unik, sekitar jam 4 saya di panggil untuk segera beres-beres dan kembali pulang, saat sampai di dermaga, ternyata anginnya lagi besar-besarnya, saat di kapal, lumayanlah untuk buat pusing, sesampainya di dermaga kali anget kami langsung menuju sekret untuk istirahat dan makan malam,

Setibanya di sekret Mayapada setelah sholat maghrib saya langsung mandi, maklum tinggal saya saja yang belum mandi dari tadi, nah yang jadi kesalah saya, ternyata setelah mandi pas malam, buat saya malah sedikit greges a.k.a kurang enak badan. Setelah mandi saya langsung ke sekret Mayapada, dan ternyata yang lain pada masak lagi, mereka bener-bener niat untuk ngehabisin bahan logistik, kali ini kami di bantu bang Culing. Selesainya makan malam kami langsung menuju ke kontrakan seperti biasa untuk istirahatdan tidur. Di kontrakan yang perempuan langsung masuk kamar untuk tidur dan yang cowok ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Ternyata rencananya malam ini kami di ajak untuk pergi main ke luar, karena yang perempuan dah pada tidur akhirnya kami yang diculik, saya dan Faris. Sebenernya saya agak males, karena ngantuk dan emang lagi kurang sehat. Tapi ga enak kalau nolak ke temen-temen Mayapada sama kasin si Faris kalau saya tumbalkan sendiri, yoweslah. Kami di ajak ke alun-alun oleh bang Beringin dan bang Culing, di sini kami ngobrol banyak dan minum jus alpokat, dari obrolan ini saya jadi tahu kenapa temen-temen Mayapada solidaritasnya tinggi, bukan karena satu organisasi saja, mereka memang hampir 24 jam selalu bareng, pulang ke dari sekret mereka ke kontrakan bareng-bareng, semisal main ke luar juga mereka selalu ngenet atau main PS ke tempat warnet yang di jaga senior mereka. Mereka juga punya prinsip satu organisasi itu juga satu keluarga, satu sedulur kata mereka. Cukup lama di alun-alun dan saya mencoba ngode dengan selalu menguap-ba-tinguap tapi masih belum pulang juga, tiba-tiba Faris langsung selonjoran dan pejamkan mata, saya ga tahu Faris juga ngode atau emang dan ketiduran beneran, Alhamdullilahnya mereka menangkap sinyal kami, akhir kita pulang juga, tapi sebelum sampai kontrakan saya agak curiga dengan bang Culing dan bang Beringin, ternyata benar kami masih di ajak untuk makan, waktu mau berhenti di gerobak warung makan, saya suruh bang Culing “udah bang maju aja motornya ga usah nepi bang, lurus bang lurus (sambil ngarahin paksa badan bang Culing ke depan)” karena bener-bener dah kenyang banget, mungkin dah gada rang lagi di dalam perut. Akhirnya bang Culing tetap lurus dan menuju ke kontrakan, setelah sampai, ternyata temen-temen Mayapada yang lain masih belum tidur, berhubung dah ngantuk banget saya dan Faris langsung masuk kamar dan terkapar nyenyak.

30 Januari 2014
          Saya terbangun tepat jam setengah lima dan Faris ternyata juga sudah bangun, setelah selesai sholat shubuh, saya curhat ke Faris kalau saya pengen BAB, ternyata dia juga, akhirnya kami susun rencana untuk kabur sementara dari kontrakan mencari WC di luar, kami seingat saya di deket kontrakan ada masjid yang baru di bangun, mungkin saja ada kamar mandinya dan di dalam kamar mandi ada WCnya. Setelah kami keluar kontrakan cobaannya lumayan banyak, ternyata pintu pagar deoan di kunci terpaksa kami panjat tembok pagar yang tingginya lebih daru saya, atau sayanya yang emang pendek yo, sampa di masjid yabng baru di bangun, Alhamdullilah ternyata benar ada kamar mandi, langsung saya dan Faris pergi cepet-cepet menuju kamar mandi, dan ternyata........................ kamar mandinya di kunci, kami tambah kebelet dan saya ngerasa agak pusing engak tahu kenapa karena emang lagi kurang enak badan atau stres mau BAB ga bisa-bisa. Kami coba cari kamar mandi lain, terdengar suara puji-pujian dari masjid, kami mencoba nyari, saat di jalan kami bertemu dengan dua bapak-bapak, menurut observasi saya bapak-bapak ini terlihat dari masjid karena pakai sarung dan songkok :3 , kami coba tanya mereka di mana mesjid dan terjadilah obrolan ini : Saya :Permisi Pak, maaf mau tanya, di sini masjid di mana ya Pak. Bapak : di sana mas, itu ada pertigaan belok kir saja, lurus nanti ada masjid namanya (saya lupa namanya). Saya : terima kasih Pak. Bapak : iya mas, mau ke masjid ngapain mas ? sholat shubuh ?. Saya : eeee ( mikir dulu, mau jawab apa) eemmmm mau ke kanar mandi pak sebenarnya. Bapak : owh di sana ada masjid juga, di situ ada kamar mandinya. Faris : iya pak, kami sudah kesana tapi kamar mandinya kuncian. Bapak : owh emang masnya dari mana ?. Faris : Jogja pak, Bapak : owh coba aja ke masjid sana mas, masih terbuka kamar mandinya. Bapak II : masnya naik apa ?. Saya : (karena tak kira pertanyaanya tanya naik apa untuk cari WCnya maka saya bilang) jalan kaki pak. Bapak I dan II terlihat binggung, saya binggung kenapa mereka binggung tapi karena sudah siaga kebelet saya buru-buru pamit ke bapaknya, dan pas di jalan di ceritakanb Faris saya baru paham kalau bapaknya ternyata maksud tanyanya dari Jogja ke Sumenep anaik apa mas, cukup jauh kami melangkahkan kaki ini dengan beban berlebih, akhirnya ketemu juga masjid dan di depan masih ada dua orang bapak-bapak, menerut observasi saya lagi mungkin mereka adalah Imam dan Takmir masjid, kalini ini asal nebak saja dan ternyata benar, saat berpapasan dengan takmirnya saya coba lempar senyum, biar ga curiga ngapain ke masjid, maklum sudah jam setengah 6 dan ga mungkin kalo shubuhan di mesjid jam segitu, dan ternyata bapak Takmir ini malah bertanya, “mau ngapain mas ?”. dalam hati, waduh mati ki, binggung mau jawab aja, yaudah akhirnya saya ngaku mau pakai kamar mandi, dan alhamdullilahnya bapaknya malah nawarin kamar mandi yang khusus Takmir, lega bener, akhirnya bisa keluar lancar. Setelah dari masjid kami langsung ke kontrakan, di Faris sempat diskusi dengan saya untuk mending ga usah masak saja, biar cepet, saya manut-manut saja, soalnya lagi seneng aja, bisa BAB juga tadi.
          
       Sesampainya di kontrakan ternyata yang perempuan sudah siap-siap masak karena tidak mau bahan logistiknya jadi beban bawaan, dan ternyata yang rencana kami berangkat jam 7 harus di undur sekitar jam 8-9 karena kata temen-temen Mayapada banyak polisi, cari aman saja, ya sudahlah, setelah selesai makan kami segera bergegas ke goa terakhir kami, goa asta tinggi, sebenanya bukan goa tapi rekahan, temen-temen Mayada sering pakai untuk latihan repling. Info : goa asta tinggi adalah rekahan panjang dengan dua lobang, diameter lobangnya sekitar 1 meter dengan tinggi sekitar 9 meter. Jarak antara kontrakan dengan asta tinggi Cuma 10 menit, asta tinggi sebenarnya tempat ziarah para wali, sedangkan goanya berada sekitar 400 meter ke atas lagi dan melewati perbukitan. Asta tinggi berada pada daratanb tinggi perbukitan Sumenep, itu kenapa namanya asta tinggi, asta adalah tempat, jadi adalah tempat yang tinggi. Untuk mulut goa asta tinggi lubangnya langsung ceblongan dan hanya cuma satu batu tembus. Balik ke cerita, seperti biasa sampai sana kami langsung bersiap-siap untuk explore. Anchormannya kali ini adalah Iin dan secondmannya Aliya. Mereka berdua mencoba rigging dengan menggunakan pohon, sambil menunggu mereka saya coba untuk cari anchor lain walaupun saya bukan thirdman, saya coba pakai phyton dan ternyata bisa juga walaupun bukan buat anchor tapi buat tali bantu. Sekitar 45 menit Iin rigging dan turun, dan benar saja Iin kesulitan karena bentukan goanya sulit, tidak Iin saja yang mengalami kesulitan, semua juga mengalami kesulitan, termasuk saya, bahkan Rara sempat teriak-teriak ala iklan Tebs. Kali ini urutannya, Iin, Aliya, Rara, Faris, dan terakhir saya (lagi). Sesampainya di bawah ternyata sudah ada temen-temen Mayapada yang turun duluan dengan climbing di bantu dengan serabut pohon. 
Rara saat di asta tinggi


Bentukan di dalam goa hampir tidak ada tempat gelap abadi, karena memang hanya rekahan, setelah kami explore dan foto-foto sebentar, karena emang pendek goanya kami langsung naik, saya yang pertama, saat di mulut goa untuk naik lumayan tidak gampang, sudah tidak ada pijakan sama sekali buat naik, bentukkan goanya juga susah pula. Akhirnya saya nemu style juga buat naik dan di sambut bang beringin yang dari tadi memang menunggu. Naik selanjutnya adalah Faris, dia juga mengalami kesulitan, tapi akhirnya menemukan style sendiri, di lanjut Rara, Aliya, dan Iin, mereka masing-masing juga menemukan stylenya sendiri-sendiri. Kali ini di atas goa lumayan panas, lebih panas saat di talango, nek kata Faris kaya di strika, kali saya sudah bener-bener pusing karena kondisi masih kurang enak badan ditambah panasnya cuaca. Sekitar jam 1 siang kami balik ke kontrakan untuk beres-beres barang karena persiapan balik ke Jogja, setelah semua carrier oke, kami segera move-on ke sekret Mayapada. Rencana awalnya kami berencana untuk main-main dulu dan ke pemandian, berhubung waktunya kurang, akhirnya kami ga jadi dan di ajak temen-temen Mayapada untuk bakar-bakar jaggung di sekret, lumayan udah alam ga makan jaggung bakar, setelah selesai bakar-bakar, kami bersiap-siap untuk melakukan upacara dan penyerahan jummper untuk Rara dan Iin, di sini temen-temen Mayapada juga mengikuti upacara, jadi ada asimilasi kebudayaan upacara dari Mayapada dan Palapsi, setelah upacara dan penyerahan jummper dan berfoto-foto ria dengan temen-temen Mayapada, kami berpamitan untuk pulang ke Jogja, tidak lupa untuk minta nomer dan mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada temen-temen Mayapada karena dari awal hari sampai akhir during FUD ini selalu membantu kita J, akhirnya kami pulang juga dengang menggunakan bis akas, sampai di atas bis seperti biasa saya pre memory.
         
bersama teman-teman Mayapada
           Epilog
          Saat bis lewat jembatan suramadu, tiba saya terbangun, sesuai niat saya saya memang pengen lihat suramadu, saya memutuskan untuk tidak tidur lagi dan ternyata di hp saya sudah penuh dengan inbox dari anak Mayapada, yang berisikan semuanya salam perpisahan, ya mungkin sekarang saya tinggal menunggu kedatangan mereka di Jogja, mereka memang berencana untuk pergi ke Jogja dan mendaki merbabu. Sampai di bungur asih, seperti biasa sebelum pindah bis tujuan Jogja, kami pergi ke toilet langganan kami. Setelah dari toilet kami langsung move-on ke tempat bis tujuan Jogja, cukup lama dan ramai karena hari ini adalah hari libur imlek, apalagi kami hanya mau naik bis Mira dan rekan-rekanya, sekitar satu jam lebih menunggu akhirnya ada bis mira juga yang dari tadi di parkir lama di belakang antrian bis, dan untuk ketiga kalinya dalam during berturut-turut saya selalu di bantu kernet bis mira untuk nge-tag tempat dan naruh carrier duluan di bagasi, walaupun kali ini carriernya saya bawa sendiri, karena rencana saya mau mampir di Madiun dulu.

         Sinar matahari pagi menembus  jendela kotak bis ini dengan perlahan, di kepala saya kembali lagi mengingat pengalaman-pengalaman yang saya rasakan di Sumenep. Wajah-wajah orang yang saya kenal teringat kembali, Pak Puh, Lembu, Bang Jerry, Culing, Beringin, dan juga Pak Ketum..... Kejadian besar selama empat hari silih berganti, talango, makan kekenyangan, masak bareng, nyente, di culik malam-malam, kebelet, dan emosi. Saya menolak untuk menghapus pengalaman emosi dan nyente saya disana. Keduanya telah menambah renungan dalam cerita perjalanan ini untuk refleksi diri. Semoga bisa jauh lebih baik. Salam Lestari, Never Give Up !!!!!!!!! J
NGU !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Black Friday Urang-kurai